Thursday, February 12, 2015

Teknik 5W+1H+1W Merangsang Anak untuk Banyak Tahu

photo; destech.files.wordpress.com


Teguh Wahyu Utomo

Rasa ingin tahu itu sangat mungkin terkait usia. Saat masih usia 3 tahun, anak sangat ingin tahu ini atau itu sehingga aktif bertanya. Saat usia 13 tahun, anak sudah mulai jarang bertanya di sekolah. Saat usia 23 tahun di kampus, disuruh bertanya saja malah enggan. Betul, nggak?

Sebenarnya, sungguh memprihatinkan jika anak sudah mulai tidak tertarik untuk ingin tahu. Jika sudah tidak agresif ingin menambah pengetahuan, anak bisa kesulitan berfikir kritis, melakukan kreasi, atau menemukan inovasi. Padahal, semua itu akan sangat berguna dalam kehidupannya kelak saat dewasa.

Maka, sudah menjadi kuwajiban orangtua atau guru untuk melatih anak agar selalu ingin tahu dan mendapat pemahaman baru. Nah, ada metode yang biasa digunakan para ahli untuk memicu siapa saja mencari pengetahuan baru. Metode itu biasa dinamai 5W+1H+1W. Dengan metode ini, anak akan banyak bertanya.

Metode 5W+1 H+1W ini berbentuk pertanyaan-pertanyaan dasar yang jawabannya bisa memenuhi standar pengumpulan informasi lengkap. Pengembangan lebih jauh, metode ini bisa mengungkap fenomena lebih dalam sehingga anak akan mendapatkan pemahaman.

Metode ini sudah digunakan para filsuf ahli retorika era Yunani kuno dan Romawi kuno. Namun, ada rumusan sederhana yang dibuat Rudyard Kipling dalam bukunya Just So Stories (1902). Sebuah puisi yang menyertai kisah ‘The Elephant's Child’ dibuka dengan:

I keep six honest serving-men           
They taught me all I knew;              
Their names are What and Why and When
And How and Where and Who

Terjemahan kasarnya kira-kira; Saya punya enam sahabat jujur; yang mengajari saya apa saja. Nama mereka adalah ‘Apa’ dan ‘Mengapa’ dan Kapan’, serta ‘Bagaimana’ dan ‘Di Mana’ dan ‘Siapa’.  

Who, What, When, Where dan Why adalah 4W. How adalah 1H. Unsur dasar Who, What, When, Where bisa memberikan informasi dasar. Unsur Why dan How bisa memberikan pemahaman. Lalu, dikembangkan 1 unsur W lagi yakni ‘What Effect’ yang memberikan kemampuan prediksi. Dengan 5W+1H+1W, pemahaman anak jadi makin lengkap dan dalam.

Biasakan anak untuk akrab dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Jika sering ditanyai demikian, anak akan mencoba mencari jawabannya di berbagai lini. Sebaliknya, karena anak suka meniru, maka mereka juga akan sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa. Maka, pertanyaan anak jadi makin berbobot.

Contoh;

Ada apa? Hujan. 
Di mana? Di kebun. 
Kapan? Kemarin? 
Siapa yang suka hujan? Petani. 
Mengapa petani suka hujan? Karena sawahnya bisa diairi. 
Bagaimana cara mengairinya? Air hujan ditampung di waduk lalu dialirkan di sawah. 
Apa dampaknya? Padi akan tumbuh subur.

Pertanyaan dasar itu bisa dikembangkan sesuai keadaan. Bisa juga, misalnya, penekanan diberikan pada unsur ‘siapa’ sehingga perlu ditanyakan beberapa kali. Bisa juga unsur ‘mengapa’ yang ditekankan.

Selamat mencoba.

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)



* Penulis adalah praktisi media, berbagi pengetahuan di UPN Veteran Jatim, dan memberikan pelatihan life skill; bisa dihubungi di 081332539032 atau 29E810F1 atau cilukbha@gmail.com.

No comments:

Post a Comment