Friday, February 20, 2015

Resep (bukan) Rahasia bagi Universitas Kelas Dunia



oleh: Teguh Wahyu Utomo

Usia bisa menentukan kematangan. Namun, pendekatan yang lebih cepat dan efektif juga bisa mendongkrak kampus muda mencapai mutu kelas dunia. 
Ini dia resepnya.

Bukan rahasia lagi, kampus-kampus paling top dunia sudah berusia tua. California Institute of Technology sudah berdiri sejak 1891 di Pasadena, Amerika Serikat. Harvard University didirikan 1636 di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Oxford University di Inggris bahkan disebut-sebut sudah beraktivitas sejak 872, dan mulai menjadi tempat pembelajaran para cendekiawan sejak 1167, dan berkembang berbagai college mulai abad ke-13.

Namun, jangan khawatir, kampus-kampus muda bisa juga menyaingi atau bahkan mungkin kelak menyalip mereka. Studi kasus di beberapa universitas riset menunjukkan beberapa cara untuk bisa masuk dan berpacu prestasi di kelas dunia. Studi itu antara lain sudah dilakukan oleh World Bank dengan judul ‘The Road to Academic Excellence: The making of world class research universities.’

Resep untuk membuat sejumlah universitas muda bisa tumbuh pesat berlualitas top dunia antara lain;
  • banyak talenta akademik,
  • banyak sumber-sumber finansial,
  • pemerintah mendukung
  • namun ada otonomi dan kebebasan akademik yang besar.
Jika unsur-unsur itu sudah ada sejak awal, sangat mudah bagi insitusi pendidikan tinggi itu untuk melaju kencang di level dunia.

Jamil Salmi, koordinator pendidikan tersier World Bank yang turut melakukan penelitian bareng Philip Altbach dari Boston University's Center for International Higher Education, menyatakan, “Dengan kepemimpinan dan visi yang tepat, universitas-universitas riset dapat dengan cepat meningkatkan kualitas pembelajaran dan riset. Dalam dua atau tiga dasa warsa, mereka punya potensi tumbuh menjadi institusi riset kelas dunia.”

Mari, ambil beberapa contoh institusi yang berkembang sangat pesat dari Afrika, Asia, Amerika Latin, hingga Eropa Timur. Ada sejumlah universitas yang bisa meloncat jauh dalam bentang waktu relatif pendek. Mereka adalah; Hong Kong University of Science and Technology, Shanghai Jiaotong University di Cina, Pohang University of Science and Technology di Korea Selatan, National University of Singapore, Indian Institutes of Technology, University of Ibadan di Nigeria, Monterrey Institute of Technology di Meksiko, Higher School of Economics di Rusia, dan Universidad de Chile.

Kampus-kampus ini bisa berkembang relatif lebih cepat dengan beberapa pendekatan efektif dalam pengelolaannya. Mereka sangat inovatif dalam menyodorkan sesuatu yang bersifat alternatif. Indian Institutes of Technology, Pohang University of Science of Technology, dan Hong Kong University of Science and Technology, memfokuskan diri pada program tajam yang tidak banyak dibidik institusi mapan.

Namun, ada karakter yang paling umum ditemui pada universitas-universitas riset muda yang mencapai kelas dunia. Mereka sama-sama memiliki banyak dosen dan mahasiswa berbakat, serta punya visi strategis dan kepemimpinan hebat. Talenta kelas global ini menjadi faktor pendongkrak paling utama tak peduli apakah mereka di negara kaya atau negara miskin.

Shanghai Jiaotong University di Cina dan Pohang University of Science and technology di Korea Selatan membuat keputusan strategis dengan mengandalkan diri pada akademisi yang terlatih dari universitas- universitas terbaik di Amerika Utara atau Eropa. Jika perlu, mereka merekrut dosen berkualitas tinggi dari negara maju.

Jika uang berlimpah, bisa juga mengorbitkan kampus. Arab Saudi pada 2007 menggelontorkan dana 10 milyar dollar untuk sejumlah universitas riset top; Pakistan menganggarkan 750 juta dollar untuk masing-masing universitas bari di bidang engineering, sains, dan teknologi; atau sekolah kedokteran yang didirikan Cornell University di Qatar pada 2002 menelan biaya 750 juta dollar. Masalahnya, tak semua negara bisa menyiapkan dana sebesar itu.

Karakter lain yang juga penting adalah kampus-kampus muda kelas dunia ini mendorong lingkungan belajar yang kompetitif, menghargai kebebasan akademik, dan tidak membatasi penelitian ilmiah. Langkah-langkah ini bisa mendorong pemikiran kritis, inovasi, dan kreativitas.

Meski dekat dengan pemerintah, mereka juga punya otonomi sepenuhnya dalam mengurus diri sendiri. Mereka tidak dibebani birokrasi sehingga bisa cepat merespon tuntutan pasar global yang bisa berubah cepat.

Penulis adalah praktisi media massa, content writer, ghostwriter, berbagi pengalaman dan pengetahuan di perguruan tinggi, memberi pelatihan motivasional pada umum; bisa dihubungi di 081332539032 atau cilukbha@gmail.com.

No comments:

Post a Comment