oleh: Teguh Wahyu Utomo
Usia bisa menentukan
kematangan. Namun, pendekatan yang lebih cepat dan efektif juga bisa
mendongkrak kampus muda mencapai mutu kelas dunia.
Ini dia resepnya.
Bukan rahasia lagi, kampus-kampus paling top dunia sudah
berusia tua. California Institute of Technology sudah berdiri sejak 1891 di Pasadena,
Amerika Serikat. Harvard University didirikan 1636 di Cambridge, Massachusetts,
Amerika Serikat. Oxford University di Inggris bahkan disebut-sebut sudah
beraktivitas sejak 872, dan mulai menjadi tempat pembelajaran para cendekiawan
sejak 1167, dan berkembang berbagai college
mulai abad ke-13.
Namun, jangan khawatir, kampus-kampus muda bisa juga
menyaingi atau bahkan mungkin kelak menyalip mereka. Studi kasus di beberapa
universitas riset menunjukkan beberapa cara untuk bisa masuk dan berpacu
prestasi di kelas dunia. Studi itu antara lain sudah dilakukan oleh World Bank
dengan judul ‘The Road to Academic
Excellence: The making of world class research universities.’
Resep untuk membuat sejumlah universitas muda bisa tumbuh
pesat berlualitas top dunia antara lain;
- banyak talenta akademik,
- banyak sumber-sumber finansial,
- pemerintah mendukung
- namun ada otonomi dan kebebasan akademik yang besar.
Jika unsur-unsur itu sudah ada sejak awal, sangat mudah bagi
insitusi pendidikan tinggi itu untuk melaju kencang di level dunia.
Jamil Salmi, koordinator pendidikan tersier World Bank yang
turut melakukan penelitian bareng Philip Altbach dari Boston University's
Center for International Higher Education, menyatakan, “Dengan kepemimpinan dan
visi yang tepat, universitas-universitas riset dapat dengan cepat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan riset. Dalam dua atau tiga dasa warsa, mereka punya
potensi tumbuh menjadi institusi riset kelas dunia.”
Mari, ambil beberapa contoh institusi yang berkembang sangat
pesat dari Afrika, Asia, Amerika Latin, hingga Eropa Timur. Ada sejumlah universitas
yang bisa meloncat jauh dalam bentang waktu relatif pendek. Mereka adalah; Hong
Kong University of Science and Technology, Shanghai Jiaotong University di Cina,
Pohang University of Science and Technology di Korea Selatan, National
University of Singapore, Indian Institutes of Technology, University of Ibadan di
Nigeria, Monterrey Institute of Technology di Meksiko, Higher School of
Economics di Rusia, dan Universidad de Chile.
Kampus-kampus ini bisa berkembang relatif lebih cepat dengan
beberapa pendekatan efektif dalam pengelolaannya. Mereka sangat inovatif dalam menyodorkan
sesuatu yang bersifat alternatif. Indian Institutes of Technology, Pohang
University of Science of Technology, dan Hong Kong University of Science and
Technology, memfokuskan diri pada program tajam yang tidak banyak dibidik
institusi mapan.
Namun, ada karakter yang paling umum ditemui pada universitas-universitas
riset muda yang mencapai kelas dunia. Mereka sama-sama memiliki banyak dosen
dan mahasiswa berbakat, serta punya visi strategis dan kepemimpinan hebat.
Talenta kelas global ini menjadi faktor pendongkrak paling utama tak peduli
apakah mereka di negara kaya atau negara miskin.
Shanghai Jiaotong University di Cina dan Pohang University
of Science and technology di Korea Selatan membuat keputusan strategis dengan
mengandalkan diri pada akademisi yang terlatih dari universitas- universitas
terbaik di Amerika Utara atau Eropa. Jika perlu, mereka merekrut dosen
berkualitas tinggi dari negara maju.
Jika uang berlimpah, bisa juga mengorbitkan kampus. Arab
Saudi pada 2007 menggelontorkan dana 10 milyar dollar untuk sejumlah universitas
riset top; Pakistan menganggarkan 750 juta dollar untuk masing-masing universitas
bari di bidang engineering, sains, dan teknologi; atau sekolah kedokteran yang
didirikan Cornell University di Qatar pada 2002 menelan biaya 750 juta dollar. Masalahnya,
tak semua negara bisa menyiapkan dana sebesar itu.
Karakter lain yang juga penting adalah kampus-kampus muda
kelas dunia ini mendorong lingkungan belajar yang kompetitif, menghargai kebebasan
akademik, dan tidak membatasi penelitian ilmiah. Langkah-langkah ini bisa
mendorong pemikiran kritis, inovasi, dan kreativitas.
Meski dekat dengan pemerintah, mereka juga punya otonomi
sepenuhnya dalam mengurus diri sendiri. Mereka tidak dibebani birokrasi
sehingga bisa cepat merespon tuntutan pasar global yang bisa berubah cepat.
Penulis adalah praktisi media massa, content writer, ghostwriter, berbagi pengalaman dan pengetahuan di perguruan tinggi, memberi pelatihan motivasional pada umum; bisa dihubungi di 081332539032 atau cilukbha@gmail.com.
No comments:
Post a Comment