Sunday, February 1, 2015

Apa Kita Sudah Kreatif?



* Teguh Wahyu Utomo

Ssttt…! Ada yang iri pada guru. Mereka bilang, “Enak ya jadi guru sekarang. Gajinya tinggi, tunjangan ada, anggaran pendidikan juga besar. Padahal, kerja mereka ya seperti gitu-gitu aja.”

Ya, iri semacam demikian ada baiknya. Para guru jangan menanggapinya negatif dengan cara sewot pada mereka. Tanggapilah dengan cara lebih positif. Antara lain, tunjukkan guru adalah pribadi yang kreatif dalam mengajar sehingga murid-murid bisa menikmati peningkatan mutu pembelajaran.

Bramwell, Reilly, Lilly, Kronish, dan Chennabathni (2011) menulis, “Good teaching is creative teaching.” Bahkan, Burnard (2012) yakin bahwa mengajar itu sendiri adalah salah satu manifestasi dari kreativitas. Mengapa? Peran guru sebagai agen untuk menggerakkan proses perobahan membutuhkan profesionalisme dan kepakaran tingkat tinggi.

Masalahnya, apa kita sudah yakin cukup kreatif?

Mengajar yang kreatif itu tercermin ketika guru mengambil tindakan tertentu dan secara sadar menggunakan taktik tertentu untuk menantang diri sendiri dan para murid untuk mencari cara-cara kreatif bagi pembelajaran. Cara kreatif itu bermacam-macam, bahkan jika perlu para guru harus meninggalkan ‘zone nyaman.’

Nah, untuk bisa mengajar secara kreatif, mari kita bercermin pada diri sendiri. Mari kita lihat apakah sifat-sifat pendukung kreativitas di bawah ini sudah melekat pada diri kita?

Reflektif; Guru harus sering-sering bercermin tentang apa yang bisa berjalan dengan baik dan apa yang gagal dalam taktik pembelajaran. Kita harus terus mengkaji proses kita untuk memastikan telah memberikan yang terbaik pada murid.

Selalu bertanya; Misalnya; seberapa jauh saya sudah berkembang? Apa yang tadi saya lakukan itu keliru? Kapan waktu terbaik untuk menjalankan taktik ini? Bagaimana saya harus membimbing murid yang lemah membaca? Guru harus sering mengajukan pertanyaan untuk menyadari dirinya sendiri.

Mau belajar; Di era sekarang, guru tidak boleh menepuk dada dan menyatakan “Saya pasti lebih pintar daripada murid.” Itu sombong dan keliru. Banyak murid yang meraih prestasi internasional, namun gurunya mandeg di level kecamatan. Karena itu, guru harus terus belajar, membaca, dan mendengar. Silakan anggap apa saja dan siapa saja sebagai bahan pematangan diri untuk meningkatkan cara pembelajaran di kelas atau di mana saja.

Siap berobah; cara berfikir dan cara pendekatan guru bagi pembelajaran harus berkembang seiring perobahan zaman. Jangan merasa nyaman jika cara yang biasa hanya memberi hasil biasa. Cari ide dari mana saja supaya ada perubahan yang lebih baik bagi pembelajaran. Silakan ganti pakem cara pembelajaran jika memang itu bisa meningkatkan motivasi murid dan memberi hasil positif.

Kolaboratif; berbagi dan bekerjasama adalah bagian vital bagi inovasi sejati pembelajaran dalam kelas. Jika ada masalah, bekerjasamalah dengan berbagai pihak untuk menyelesaikannya. Jika masalah terselesaikan, berbagilah pengalaman itu pada para guru lain. Karena itu, penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebenarnya menjadi salah satu cara penting untuk berbagi. Jangan malas membuat PTK.

Berprinsip; Untuk yang terakhir ini, sudah ada begitu banyak materi yang membeberkan siapa sejatinya guru itu. Para pendidik menjalani hidup menurut nilai-nilai yang dianggap luhur. Maka, prinsip itu harus dipegang teguh sehingga guru bisa menjadi teladan bagi murid-murid.

Nah, sudahkah kita memiliki ciri-ciri itu? Tentu, sebagian besar kita sudah seperti itu. Jika ada yang belum, ayo perbaiki diri. Jika sudah bercirikan demikian, ayo dijaga dan ditingkatkan. Mudah-mudahan orang yang dulunya iri pada guru segera berubah pandangan jadi mengagumi guru.


Belajar itu sepanjang hidup. Belajar itu tidak hanya di lembaga pendidikan. Belajar itu pada siapa saja. Belajar itu menyenangkan.

* Penulis adalah praktisi media, membantu mengajar di UPN Veterean Jatim, memberi pelatihan pada umum, dan dapat dihubungi di 081332539032 atau 29E810F1 atau cilukha@gmail.com, atau https://www.facebook.com/teguh.w.utomo.

No comments:

Post a Comment