Oleh; Teguh Wahyu Utomo
Kadang, masalah terbesar adalah kita tidak mengerti masalah
yang sebenarnya.
Ini ada kisah nyata untuk menggambarkannya:
Pada 1959, Henry Kremer pengusaha asal Inggris membuat
sayembara menggiurkan. Ia menyediakan hadiah £ 50.000 pada manusia pertama yang
bisa membuat pesawat terbang yang hanya digerakkan tubuh pilotnya (pesawat
terbang gaya Leonardo da Vinci). Syaratnya, pesawat itu bisa terbang melintasi
dua penanda berjarak 1,5 mil (2,4 km). Sebagai bonus, ia juga menyediakan £
100.000 bagi orang pertama yang menerbangkan pesawat bertenaga manusia
melintasi Selat Inggris.
Jika dinilai dengan uang tahun 2016, sayembara itu kira-kira
setara Rp 18,2 milyar dan Rp 45 milyar. Maka, puluhan tim dengan orang-orang
pintar mencoba membangun pesawat itu. Namun, semua gagal menerbangkan pesawat
hingga jarak yang ditentukan. Pesawat bisa lepas landas, namun jatuh setelah
terbang beberapa meter. Kremer mengulur waktu hingga satu tahun untuk proyek itu,
namun tetap saja semua hancur berkeping-keping di tanah.
Hingga akhirnya Paul MacCready mendaftarkan diri. Ia
mempelajari permasalahannya hingga menyimpulkan peserta lain telah bekerja
sangat keras namun keliru memandang masalah. Maka, MacCready mengubah sudut
pandang. Menurut sudut pandangnya, masalahnya bukan penerbangan-bertenaga-manusia.
Masalah yang harus dipecahkan adalah bagaimana membuat pesawat yang dapat
dibangun kembali dalam hitungan jam, bukannya dalam hitungan bulan.
Maka, MacCready membuat pesawat dengan bahan Mylar, tabung
aluminium, dan kawat. Pesawat-bertenanga-manusia itu bisa dibangun dalam
hitungan jam; bukan dalam hitungan bulan seperti pesawat tim lain.
Awalnya, pesawat bermoncong buatan MacCready itu juga jatuh
seperti pesawat lain. Ia lalu mengkaji kelemahannya, dan sadar bahwa pesawatnya
terlalu tipis. Begitu tahu permasalahan, ia membuat pesawat dalam hitungan jam.
Maka, dalam sehari, ia bisa menguji tiga atau empat pesawat berbeda. Ini beda dengan
tim lain yang butuh 3 atau 4 tahun untuk menguji terbang 3 atau 4 pesawat
berbeda.
Maka, setengah tahun setelah daftar mengikuti sayembara,
MacCready berhasil membuat desain pesawat-bertenaga-manusia yang bisa terbang 2,17
kilometer dan memenangi £ 50.000. Setahun setelah itu, MacCready memenangi
hadiah £ 100.000 setelah ‘Gossamer Albatross’ bertenaga-manusia buatannya
terbang melintasi Selat Inggris.
Apa pelajaran dari kisah MacCready?
Ketika menghadapi masalah yang tampaknya sulit, jangan frontal
terfokus menghadapinya. Mendapat kepala sekolah cerewet, jangan langsung
dibungkam. Punya murid selalu telat, jangan langsung disetrap. Ditarget menulis
satu buku, jangan bayangkan tebalnya.
Bisa jadi kita perlu untuk mengkaji-ulang dan mendefinisikan
ulang permasalahannya. Setelah mendapatkan permasalahan yang tepat, kita bisa
fokus mencari pemecahannya.
Bisa jadi, kepala sekolah yang cerewet bisa dimanfaatkan
untuk memperjuangkan hak-hak guru ke Diknas. Anak yang sering terlambat bukan
hanya karena tidak disiplin. Bisa jadi, ia membantu orangtuanya dulu mngurusi
adik-adiknya. Kalau susah menulis buku, ya ngomong saja di depan orang lain atau
sendirian lalu rekam suara kita. Kemudian, ketik omongan itu menjadi tulisan. Anda
tinggal mengeditnya untuk menjadi buku.
Kalau awalnya gagal, coba terus sampai sukses. Yang penting,
mari kita belajar;
- lebih cepat memahami permasalahan,
- lebih cepat memulihkan diri dari
kegagalan,
- lebih cepat mengambil pelajaran
dari permasalahan,
- dan lebih cepat menemukan pola-pola
pemecahan masalah.
Dengan cara itu, kita pasti mendapatkan solusi lebih baik.
Jangan lupa, libatkan Tuhan untuk semua proses.
Penulis adalah praktisi media massa, berbagi pengetahuan
dengan mahasiswa di UPN Veteran Jawa Timur, dan penulis buku; bisa dihubungi di
081332539 032 atau cilukbha@gmail.cim
atau facebook https://www.facebook.com/teguh.w.utomo.