Oleh;
Teguh Wahyu Utomo
Bukan rahasia lagi; nilai terbaik di rapor tidak menjamin
anak menjadi orang sukses di masa dewasa; prestasi akademik terbaik di sekolah
tidak selalu menghasilkan manusia-manusia terbaik di masa mendatang.
Tak usah ditanyakan lagi; anak yang punya social skill cenderung punya kelebihan signifikan
di dalam hidup. Tidak hanya bisa menikmati hubungan positif dalam keseharian,
tapi juga cenderung bisa lebih baik di sekolah, memiliki imaji-diri yang lebih
baik, lebih percaya diri, dan lebih ulet menghadapi berbgaai tantangan hidup.
Bagaimana dengan murid-murid kita?
Beberapa anak dilahirkan dengan membawa bakat gampang
bersosialisasi. Anak yang lain justru susah mengetahui cara agar bisa diterima
pihak lain secara sosial. Ada anak yang gampang mencari teman; ada yang sering
menyendiri. Ada anak yang mudah mengontrol diri, ada pula yang gampang marah
meledak-ledak. Ada yang berbakat memimpin, ada juga yang justru menarik diri.
Banyak aspek perkembangan sosial anak yang memang sudah jadi
bawaan orok. Tapi, jangan lupa, lingkungan juga punya peran penting dalam
membentuk perkembangan sosial anak. Nah, peran guru jadi sangat penting di
sini. Lebih-lebih, anak menghabiskan waktu cukup signifikan di sekolah.
Belakangan, makin banyak pakar psikologi dan psikiatri mendesak
bahwa social skills bisa dan harus
diajarkan pada anak. Banyak studi membuktikan anak pemalu bisa diajari menjadi
anak percaya diri dan mudah bergaul, anak agresif bisa diajari untuk mengontrol
diri, hingga anak tertutup bisa diajari untuk berteman.
Ada banyak hal dan metode yang bisa diajarkan agar anak
memiliki social skill. Salah satu
yang sering dijadikan landasan bagi kesuksesan sosial adalah kemampuan
berkomunikasi secara efektif. Skill
komunikasi ini terdiri dari banyak kemampuan. Guru harus sering mengasah
aktivitas ini untuk membantu anak-anak berkomunikasi dengan pihak lain dan
bersikap baik sehingga membentuk persahabatan kuat.
Komunikasi sosial ini juga ‘bahasa’. Anak-anak dilahirkan
dengan kemampuan berbeda untuk mempelajari ‘bahasa’ itu, sebagaimana mereka
mempelajari bidang lain. Namun, yang pasti, komunikasi efektif bisa diajarkan
dengan banyak latihan dan dorongan yang membesarkan hati anak.
Misalnya, dorong anak untuk memahami lalu mengekspresikan apa
yang membuat dirinya unik dibanding anak-anak lain. Ajari anak untuk
mengungkapkan keinginan, minat, nilai-nilai, hingga permasalahan yang dihadapi.
Dengan berani mengungkapkan perasaan diri, anak akan bisa meningkatkan rasa
percaya diri dan rasa menerima diri.
Lalu, bantu anak belajar berhubungan dengan anak lain. Ajari
anak memperkenalkan diri, mengembangkan dialog personal dengan anak lain, dan
kemudian menjaga pembicaraan saat berada dalam kelompok bersama anak-anak lainnya.
Anak yang tidak punya social
skills sering kali memilih cara keliru atau tidak efektif saat berinteraksi
dengan anak lain. Ia mungkin menarik diri atau meminta perhatian penuh dari
pihak lain. Dua sisi ektrim itu hanya akan menghasilkan penolakan dari pihak
lain atau kelompok anak.
Maka, ajari anak cara-cara berkomunikasi yang baik agar bisa
diterima secara sosial. Ajari tata-krama, unggah-ungguh. Tidak hanya bisa
diterima oleh anak-anak lain sebaya, ia juga pasti bisa diterima bergaul dengan
kalangan orang dewasa.
Bukan cuma bahasa atau kata yang diucapkan, tapi ajari juga
bagaimana cara mengucapkannya. Itu karena yang nonverbal punya dampak lebih
signifikan daripada yang verbal. Orang cenderung memperhatikan bukan sekadar
kata yang diucapkan tapi lebih ke bagaimana kata-kata itu diucapkan.
Ada anak yang berbakat komunikasi nonverbal. Ia secara
naluriah tahu kapan dan bagaimana mengungkapkan perasaan, dan tahu bagaimana
‘membaca’ perasaan anak lain. Ada anak lain yang tidak pandai berkomunikasi nonverbal.
Kata-katanya baik, namun cara mengucapkannya bisa membuat anak lain sakit hati.
Beberapa pakar psikologi menyebut 10% dari total populasi
anak punya masalah dengan kemampuan nonverbal ini, yang bisa dikait-kaitkan
dengan masalah sosial, emosional, hingga perilaku. Anak-anak semacam ini layak
mendapat pembelajaran dan pelatihan khusus agar kelak bisa lebih bisa
bersosialisasi di kehidupan nyata saat dewasa.
Penulis
adalah praktisi media, berbagi dengan mahasiswa di UPN ‘Veteran’ Jatim, berbagi
dengan umum di berbagai pelatihan motivasional, dan bisa dihubungi di
081332539032 atau cilukbha@gmail.com