Thursday, February 5, 2015

Imbangi Teknologi dengan Skill Pembelajaran Hidup



Oleh; Teguh Wahyu Utomo
Anak-anak pantai di Balikpapan ini punya skill tinggi hidup di laut

Entah zaman sabak atau tablet, zaman buku atau e-book, zaman kroket atau roket, anak-anak sekolah perlu bekal skill untuk belajar hidup. Skill dasar untuk belajar hidup ini perlu dipelajari siapa saja, terutama pada masa awal hidup. Mereka-mereka yang sudah lama menjalani hidup, bisa mengajarkan skill itu pada mereka-mereka yang masih muda. Nah, sekolah bisa dijadikan salah satu sarana untuk mengajari skill pembelajaran untuk hidup ini.

Skill ini sifatnya sangat mendasar dan bisa menjadi mesin penggerak internal bagi pembelajaran. Anak-anak yang menguasai skill ini akan bisa menghasilkan perobahan besar dalam hidup mereka mendatang. Mereka sangat mungkin bisa menjalani hidup lebih baik daripada orang tua atau rekan dan saudara mereka yang tidak mendapat pelatihan khusus bagi pengembangan skill ini.

Dr Dorothy Rich, pakar pendidikan di Amerika Serikat, menyebut itu sebagai MegaSkill. Kenapa mega? Karena melibatkan skill sangat mendasar namun pengaruhnya bisa sangat besar, bahkan bisa berpengaruh hingga seumur hidup anak. Konsepsi yang dikembangkan sejak 1988 ini ternyata memberi dampak cukup mengesankan.

Skill yang harus dikembangkan sejak anak-anak itu ada 12. Itu adalah confidence atau perasaan yakin untuk bisa melakukan sesuatu, motivation alias keinginan untuk melakukan sesuatu, effort alias kesediaan bekerja keras untuk melakukan sesuatu itu, responsibility atau melakukan apa yang benar dan bertanggung-jawab, initiative alias siap bergerak untuk melakukan tindakan, perseverance alias mau mengerjakannya sampai tuntas, caring alias menunjukkan kepedulian terhadap pihak-pihak lain, teamwork atau mengerjakannya bahu-membahu dengan pihak-pihak lain, common sense alias bisa menggunakan penalaran untuk menilai sesuatu yang baik, problem solving alias menerapkan apa yang diketahui dan dikuasi untuk menyelesaikan masalah, focus alias berkonsentrasi pada tujuan atau sasaran tertentu, dan respect yakni bisa menunjukkan perilaku baik, menghargai pihak lain, dan bermartabat.

Konsepsi MegaSkill semacam ini sebenarnya sudah diajarkan para pendahulu kita di bidang pendidikan atau bahkan di rumahtangga. Misalnya, konsepsi tata karma sudah mencakup caring, respect, common sense, dan sejenisnya. Namun, konsepsi-konsepsi tradisional ini banyak yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman.  Nilai-nilai dasar yang sudah ada dalam jiwa bangsa ini tidak tertanam kuat dalam jiwa anak-anak kita. Nah, saat anak-anak masih dalam masa pertumbuhan dan pencarian jati diri, yang mereka dapatkan justru nilai-nilai asing yang mungkin tidak terlalu pas dengan akar kehidupan di sini.

Skill dasar untuk pembelajaran hidup ini beda dengan skill akademik. Skill dasar pembelajaran ini adalah nilai-nilai, pemikiran, sikap, hingga perilaku dasar yang bisa memnetukan keberhasilan anak di era sekolah maupun keberhasilannya dalam pekerjaan hingga keberhasilan dalam menjalani hidup. Jika skill dasar ini sudah diperkenalkan dan dilatihkan sejak awal, mungkin saja si anak tidak mengantongi nilai 100 atau A dalam bidang-bidang akademik tertentu, namun ia akan lebih bisa mengikuti pembelajaran dan kehidupan secara lebih optimal.

Namun, skill dasar pembelajaran ini tidak bisa hanya diajarkan seperti pembelajaran akademis. Skill ini perlu diperkenalkan, dicontohkan, dibimbingkan,  dilatihkan, dan diuji dalam kehidupan sehari-hari. Guru punya peran besar dalam beberapa bagian skill ini. Namun, peran utama ada di keluarga dan lingkungan pergaulan anak. Jika keluarga bisa member contoh-contoh nyata, anak akan lebih mudah menerapkannya.

Kita sekarang hidup di era dahsyat dengan dibantu sejumlah teknologi tercanggih yang pernah dibuat peradaban manusia. Komputers, iPads, iPhones, dan sejenisnya, telah menghasilkan banyak hal menakjubkan dalam masyarakat kita. Tapi, menyediakan teknologi saja tentu tentu tidak akan cukup bagi anak-anak. Mereka lebih butuh bimbingan dan pengembangan skill belajar hidup.

Belajar itu sepanjang hidup. Belajar itu tidak hanya di lembaga pendidikan. Belajar itu pada siapa saja. Belajar itu menyenangkan.

Penulis adalah praktisi media massa, public speaker, berbagi pengalaman di UPN Veteran Jatim, berbagi lewat training untuk masyarakat umum; bisa dihubungi di 081332539032 atau cilukbha@gmail.com

No comments:

Post a Comment