Tuesday, February 10, 2015

Hayuk, Matangkan Bakat Siswa

Murid-murid SD Sekar di Bojonegoro sangat antusias saat diperkenalkan dengan reaksi kimia sederhana

oleh Teguh Wahyu Utomo

Ajari anak berenang, memanah, dan berkuda 

Sudah menjadi naluri orangtua atau guru untuk mengembangkan bakat dan minat anak atau siswa. Ketika bakat tereksplorasi, maka orangtua atau guru bisa membantu anak atau siswa mengembangkan hidup. Rasa percaya diri anak atau siswa ini akan tumbuh jika merasa kompeten dan trampil melakukan sesuatu yang ia nikmati. Karena sebagian waktu siswa banyak digunakan di kelas, maka guru punya peran besar untuk mematangkan bakat yang diminati itu.

Setiap individu itu unik, dan setiap anak punya banyak cara untuk mempelajari dunia masing-masing. Howard Gardner mengelompokkan cara belajar anak ke dalam delapan kategori; 1) logika dan matematika, 2) bahasa, 3) musik, 4) ruang (spatial), 5) kontrol fisik, 6) mempelajari pihak lain (social), 7) mempelajari diri sendiri (personal), dan 8) mempelajari alam.

Untuk bisa mengetahui bakat, ada sejumlah cara. Misalnya; ada tes psikologi tentang kelebihan dan kekurangan anak. Lalu, amati tingkah laku anak untuk melihat apa yang sering dilakukannya. Kemudian, ikuti perkembangannya. Jika sudah semakin jelas terlihat, beri berbagai rangsangan agar bakat dan minat itu semakin terasah.

Anak bisa belajar dengan satu atau lebih cara yang dikelompokkan Gardner. Untuk menemukan cara itu, coba uji reaksi anak dengan salah satu alat terkait delapan kecerdasan itu. Misalnya, gunakan seruling untuk membantu belajar. Lalu, lihat reaksi emosionalnya terhadap alat itu; positif atau negatif, menikmati atau bosan, senang atau jengkel. Lihat juga level aktivitasnya; lebih cepat atau lebih lambat, lebih aktif atau lebih pasif.

Untuk melihat level emosi dan aktivitas, lihat bagaimana reaksi masing-masing anak. Mungkin, ada anak yang tidak secara langsung menunjukkan reaksi emosional dan fisik secara terbuka. Maka, guru harus peka. Harap diingat, anak-anak itu bisa berkomunikasi melalui pandangan mata, kualitas suara, sikap tubuh, isyarat tubuh, perilaku, senyum, dan lain-lain. Guru yang peka bisa cepat menangkap reaksi non-verbal itu.

Untuk mematangkan bakat siswa secara efektif, guru harus meluangkan cukup waktu dan upaya untuk melakukan observasi. Amati dengan cermat bagaimana masing-masing anak berreaksi terhadap cara pembelajaran tertentu. Observasi yang cermat akan bisa mengidentifikasi kelompok siswa yang berbakat belajar secara logika, yang berbakat bahasa, dan lain-lain.

Lalu, bagaimana mematangkan bakat itu?

Sering-sering libatkan anak itu dalam aktivitas yang menyenangkan dia. Semakin sering, semakin berkembang bakatnya. Seorang anak yang segera mengenakan pakaian olahraga, mengenakan sepatu, lalu menendang-nendang bola tentu lebih berbakat sepakbola dibanding anak yang ogah-ogahan mengenakan pakaian olahraga namun justru memasang headphone di telinga untuk mendengar musik. Siswa yang sangat antusias diajak berkemah tentu lebih senang belajar tentang alam bebas daripada anak yang lebih suka merenung di pojok kelas.

Nah, orangtua atau guru bisa mematangkan bakat dan minat belajar anak dengan cara menciptakan peluang-peluang lebih beragam. Eksplorasi bakat anak dengan objek berbeda, aktivitas berbeda, hingga pertemuan dengan orang-orang berbeda. 

Anak yang berbakat matematika temukan dengan objek-objek misalnya yang geometris, berjarak, berdimensi dan sejenisnya. Anak yang berbakat matematika temukan dengan aktivitas misalnya berhitung, abstraksi, mencari pola, dan sejenisnya. Anak yang berbakat matematika temukan dengan orang-orang misalnya pedagang, ahli statistik, ilmuwan, dan sejenisnya.

Selain itu, orangtua atau guru juga harus memberi dukungan moril. Beri pujian sepantasnya, tanpa berlebihan dan terlalu sering, saat anak menunjukkan bakat dan kemampuannya. Di sisi lain, jangan banding-bandingkan seorang anak dengan anak lain atau temannya. Jangan sekali-sekali memberi label negatif meski si anak tidak menunjukkan bakat di bidang tertentu.

Saat anak terbantu menemukan bakat dan minatnya, maka itu akan sangat bagus untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Rasa percaya diri ini akan sangat membantu anak untuk meraih sukses di masa mendatang.


Penulis adalah praktisi media massa, yang berbagi pengalaman dan pengetahuan di kampus atau berbagi inspirasi lewat pelatihan motivasional pada masyarakat umum; bisa dihubungi di 081332539032 atau cilukbha@gmail.com.

No comments:

Post a Comment