![]() |
Murid-murid SD Sekar di Bojonegoro sangat antusias saat diperkenalkan dengan reaksi kimia sederhana |
oleh Teguh Wahyu Utomo
Ajari anak berenang, memanah, dan berkuda
Sudah menjadi naluri orangtua atau guru untuk mengembangkan bakat dan minat anak atau siswa. Ketika bakat tereksplorasi, maka orangtua atau guru bisa membantu anak atau siswa mengembangkan hidup. Rasa percaya diri anak atau siswa ini akan tumbuh jika merasa kompeten dan trampil melakukan sesuatu yang ia nikmati. Karena sebagian waktu siswa banyak digunakan di kelas, maka guru punya peran besar untuk mematangkan bakat yang diminati itu.
Setiap individu itu unik, dan setiap
anak punya banyak cara untuk mempelajari dunia masing-masing. Howard Gardner
mengelompokkan cara belajar anak ke dalam delapan kategori; 1) logika dan
matematika, 2) bahasa, 3) musik, 4) ruang (spatial),
5) kontrol fisik, 6) mempelajari pihak lain (social), 7) mempelajari diri sendiri (personal), dan 8) mempelajari alam.
Untuk bisa mengetahui bakat, ada
sejumlah cara. Misalnya; ada tes psikologi tentang kelebihan dan kekurangan
anak. Lalu, amati tingkah laku anak untuk melihat apa yang sering dilakukannya.
Kemudian, ikuti perkembangannya. Jika sudah semakin jelas terlihat, beri
berbagai rangsangan agar bakat dan minat itu semakin terasah.
Anak bisa belajar dengan satu atau
lebih cara yang dikelompokkan Gardner. Untuk menemukan cara itu, coba uji
reaksi anak dengan salah satu alat terkait delapan kecerdasan itu. Misalnya,
gunakan seruling untuk membantu belajar. Lalu, lihat reaksi emosionalnya
terhadap alat itu; positif atau negatif, menikmati atau bosan, senang atau
jengkel. Lihat juga level aktivitasnya; lebih cepat atau lebih lambat, lebih
aktif atau lebih pasif.
Untuk melihat level emosi dan
aktivitas, lihat bagaimana reaksi masing-masing anak. Mungkin, ada anak yang
tidak secara langsung menunjukkan reaksi emosional dan fisik secara terbuka.
Maka, guru harus peka. Harap diingat, anak-anak itu bisa berkomunikasi melalui
pandangan mata, kualitas suara, sikap tubuh, isyarat tubuh, perilaku, senyum,
dan lain-lain. Guru yang peka bisa cepat menangkap reaksi non-verbal itu.
Untuk mematangkan bakat siswa secara
efektif, guru harus meluangkan cukup waktu dan upaya untuk melakukan observasi.
Amati dengan cermat bagaimana masing-masing anak berreaksi terhadap cara
pembelajaran tertentu. Observasi yang cermat akan bisa mengidentifikasi
kelompok siswa yang berbakat belajar secara logika, yang berbakat bahasa, dan lain-lain.
Lalu, bagaimana mematangkan bakat
itu?
Sering-sering libatkan anak itu
dalam aktivitas yang menyenangkan dia. Semakin sering, semakin berkembang
bakatnya. Seorang anak yang segera mengenakan pakaian olahraga, mengenakan
sepatu, lalu menendang-nendang bola tentu lebih berbakat sepakbola dibanding
anak yang ogah-ogahan mengenakan pakaian olahraga namun justru memasang headphone di telinga untuk mendengar
musik. Siswa yang sangat antusias diajak berkemah tentu lebih senang belajar
tentang alam bebas daripada anak yang lebih suka merenung di pojok kelas.
Nah, orangtua atau guru bisa mematangkan bakat dan
minat belajar anak dengan cara menciptakan peluang-peluang lebih beragam.
Eksplorasi bakat anak dengan objek berbeda, aktivitas berbeda, hingga pertemuan
dengan orang-orang berbeda.
Anak yang berbakat matematika temukan dengan
objek-objek misalnya yang geometris, berjarak, berdimensi dan sejenisnya. Anak
yang berbakat matematika temukan dengan aktivitas misalnya berhitung,
abstraksi, mencari pola, dan sejenisnya. Anak yang berbakat matematika temukan
dengan orang-orang misalnya pedagang, ahli statistik, ilmuwan, dan sejenisnya.
Selain itu, orangtua atau guru juga harus memberi
dukungan moril. Beri pujian sepantasnya, tanpa berlebihan dan terlalu sering,
saat anak menunjukkan bakat dan kemampuannya. Di sisi lain, jangan
banding-bandingkan seorang anak dengan anak lain atau temannya. Jangan
sekali-sekali memberi label negatif meski si anak tidak menunjukkan bakat di bidang tertentu.
Saat anak terbantu menemukan bakat
dan minatnya, maka itu akan sangat bagus untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.
Rasa percaya diri ini akan sangat membantu anak untuk meraih sukses di masa
mendatang.
Penulis adalah praktisi media massa, yang berbagi pengalaman dan pengetahuan di kampus atau berbagi inspirasi lewat pelatihan motivasional pada masyarakat umum; bisa dihubungi di 081332539032 atau cilukbha@gmail.com.
No comments:
Post a Comment