Oleh; Teguh Wahyu Utomo
Danah Zohar melontarkan
istilah ‘spiritual intelligence’ (disingkat SQ) dalam bukunya ReWiring the Corporate Brain pada 1997. Howard
Gardner, penggagas teori 'multiple intelligences', tidak memasukkan spiritual intelligence di dalam
‘sejumlah kecerdasan’ temuannya dengan alasan susah mengkodekan kriteria
ilmiahnya. Meski demikian, para peneliti kontemporer terus menggali eksistensi SQ
ini.
Pada dasarnya,
spiritualitas itu ada dalam diri siapa saja. Boleh dikata, setiap manusia bernyawa
tentu punya spiritualitas. Namun, derajad kedalamannya dan ekspresinya bisa
bermacam-macam. Sangat mungkin spiritualitas itu ada di alam sadar atau bahkan
sudah di alam bawah sadar. Bisa saja spiritualitas itu sudah berkembang, bisa
juga belum berkembang. Bisa saja bersifat naïf atau malah sangat canggih. Semua
bergantung pada diri pribadi orang masing-masing dan bagaimana
mengembangkannya.
Bagi umat
beragama, spiritualitas bisa digambarkan sebagai hubungan tingkat tertinggi
dengan Tuhan yang Mahatransenden. Jabaran dari spiritualitas ini bisa menjadi
hubungan ke atas dengan Tuhan, hubungan sejajar dengan sesama manusia atau
dengan alam semesta. Maka, spiritualitas ini bisa menghasilkan kehidupan yang
baik sebagai manusia di dalam alam.
Kecerdasan spiritual
bisa didefinisikan sebagai level bagaimana kita mengekspresikan kualitas spiritual
sejati kita ke dalam alam pemikiran kita, ke dalam sikap kita, hingga ke dalam
perilaku kita sehari-hari. Dengan kecerdasan itu, kita bisa menggunakan apa
yang kita yakini dengan cara yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk tujuan
yang benar. Semua itu berdasarkan landasan yang diajarkan Tuhan.
Kenapa
kecerdasan spiritual perlu dikembangkan?
Kehidupan
manusia belakangan ini semakin kompleks, permasalahan akibat ‘kehidupan
mekanis’ semakin meningkat, gaya hidup manusia berubah semakin mengarah ke
materialistis. Cara-cara sekuler lewat teknologi dan sains juga tidak cukup memecahkan
tuntas permasalahan manusia dalam sisi emosional, mental dan bahkan fisik.
Kehebatan material ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual manusia. Dari
sini, muncul kebutuhan spiritual manusia untuk melawan berbagai kebutuhan dan
kehendak material. Agama tentu saja diharapkan bisa menjawab permasalahan
manusia tentang hal-hal spiritual itu.
Guru tentu
sangat perlu mengembangkan kecerdasan spiritual. Itu karena status guru sebagai
sosok yang paling penting dalam pendidikan generasi bangsa. Jika guru menunjukkan
kecerdasan spiritual, itu bisa menjadi sumber inspirasi bagi siswa-siswa muda yang
sedang dalam tahap mencari jati diri.
Ada sejumlah
murid yang berhasil mencatat skor IQ tinggi, namun tidak memiliki rasa
kasih-sayang, kebaikan, atau keadilan. Lalu, berapa nilai spiritual dari
intelejensi yang tinggi itu? Rasanya, akan lebih baik punya murid dengan IQ
biasa-biasa saja namun bisa menunjukkan karakter dan ‘hati’ yang manusiawi.
Nah, guru dengan kecerdasan spiritual tinggi akan bisa membimbing murid IQ tinggi untuk tetap membumi. Kecerdasan spiritual guru akan membimbing kecerdasan intelektual murid untuk tetap berada di koridor kemanusiaan menuju ke arah ke-Tuhan-an. Di sisi lain, guru dengan kecerdasan spiritual tinggi akan memberi inspirasi pada murid berkarakter manusiawi untuk bisa mengasah IQ menjadi lebih tajam.
Penulis adalah praktisi media, berbagi pengetahuan di UPN Veteran Jatim, berbagi motivasi dengan kalangan umum, dapat dihubungi di 081332539032, cilukbha@gmail.com, atau https://www.facebook.com/teguh.w.utomo
No comments:
Post a Comment